Jiwa yang bebas merdeka; jiwa yang berjaya terlepas dari belenggu diri sendiri, jiwa yang mengenepikan keegoan dan kerakusan nafsu demi secebis redha Ilahi. Faktor usia, pangkat, ilmu, status diketepi dalam sama-sama menghambakan diri padaNya.
Disamping kebebasan itu adanya perjuangan, menegakkan kebenaran yang menafikan kebatilan, menghidupkan bumi dengan keadilan dan keharmonian, menuju kepada destinasi suci. Kemenangan itu kan datang pabila Allah menghendakinya, kerana Allah menginginkan sesuatu untuk berlaku di atas kejayaan itu.
Jiwa yang terbang bebas; jiwa yang dapat menundukkan keangkuhannya ketika kejayaan tiba, jiwa yang dapat menidakkan budinya dalam sesuatu kemenangan. Tidak terasa walau sedikit yang kejayaan itu hasil jasanya, kerana hak mutlak hanya pada yang Esa.
Dalam meraikan kejayaan itu, mereka sudi meluang masa memuji Tuhannya, mengagungkan Tuhannya. Kebebasan itu juga menghendaki si anak merdeka memohon ampun, atas segala keluhan, rasa tidak cukup bersyukur pada nikmat-nikmatnya, acap kali dalam proses itu mereka menginginkan kemenangan yang cepat, tidak sabar atas ujian dan bermacam-macam lagi perkara yang memerlukan pengampunan.
Jiwa yang merdeka, jiwa yang dewasa. Mereka itu menjadi dewasa tatkala nafsu itu tersungkur ketepi, mereka punya kerendahan hati dalam ketinggian budi pekerti. Puncak kemuliaan kan datang bagi mereka yang bebas dalam ketundukan pada Sang Pencipta. Karena yang tinggi hanya yang Maha Esa, yang mulia cuma yang Maha Kuasa.
Inilah pekerti mulia yang ada pada Nabi Yusuf tatkala segala impiannya tercapai, ketika sanak saudaranya sujud hormat padanya, baginda mengungkapkan,
"Wahai ayahku, inilah ta'bir mimpiku dulu. Sungguh, Allah yang menjadikan mimpi itu suatu kenyataan.." (Yusuf:100).
dan ketika keseronokan bermain-main bagai musik di udara, baginda berdoa di kemuncak kekuasaanya dengan mengembalikan segalanya pada maha Esa,
"Ya Tuhanku, sungguh Engkau mengurniakanku kerajaan dan Engkau mengajarkanku ilmu ta'bir mimpi, Engkaulah penaungku di dunia dan akhirat. Wafatkanlah aku dalam agama Islam, dan gabungkan aku dengan orang yang soleh" (Yusuf:101)
Demikian jugalah merdekanya jiwa Nabi Muhammad ketika ia melangkah masuk ke dalam kota Mekah dalam keadaan membongkok di atas untanya menunjukkan rasa rendah diri, sedangkan negeri itu mengusirnya, memeranginya, menyakitinya bertahun-tahun, tapi apabila Allah memenangkannya atas Mekah, ia mengusir keseronokan dengan membesarkan Tuhannya, memuji Tuhannya, dan memohon ampun sepertimana yang diajar oleh Tuhannya. Maka baginda beristighfar begitu banyak di penghujung hayatnya.
Inilah jiwa yang bebas merdeka, inilah jiwa yang terbang bebas, yang pernah hadir di atas muka bumi Allah yang suci ini. Hal inilah yang mengangkat mereka ke darjah kebesaran yang tinggi, di samping perjuangan yang tulus dan tidak putus, sehingga pertolongan Allah menjelma.
Setelah sekian lama dibelenggu jiwa, tidak mahukah kita bebas merdeka?
diolah dari Tafsir Fi Zilal - Surah An-Nasr, karangan Syed Qutb.
No comments:
Post a Comment